Wednesday 25 January 2012

Satu-satunya Mentri yang Memakai Sepatu Kets





dahlan iskan dengan sepatu kets'nya



DAHLAN ISKAN

Satu-satunya Mentri yang selalu memakai sepatu kets di tiap kesempatan







Beberapa hari yang lalu saya sedang searching tentang surat kabar Jawa Pos, dan saya baru mengetahui bahwa pimpinan surat kabar itu adalah seorang Mentri yang dahulunya berprofesi sebagai wartawan. Kemudian saya searching tentang beliau, Bapak Dahlan Iskan yang sekarang menjabat sebagai Mentri BUMN. Perhatian saya langsung tertuju pada penampilan beliau yang tidak biasa. Di beberapa foto, tampak beliau mengenakan sepatu kets walaupun dengan atasan formal. Saya searching beberapa foto lagi dan ternyata semua foto beliau tampak mengenakan sepatu kets.










Kompasiana- Senang lihat Dahlan Iskan dan sepatu sneaker-nya berjalan di halaman Istana Negara. Wartawan juga boleh dong pake kets ke istana? Kalimat itu muncul dalam status facebook mantan wartawati Istana, Ika Chandra Viyatakarti, beberapa waktu lalu.
Usai menjadi Direktur PLN lalu naik tahta menjadi BUMN banyak pujian diberikan pada Dahlan Iskan. Bahkan ada yang bilang, pengangkatan pemilik grup usaha Jawa Pos itu telah menyelamatkan muka SBY terkait keraguan atas efektivitas reshuffle kabinet.


Ya Dahlan yang kaya raya saat ditunjuk menjadi Direktur PLN telah menyedot perhatian karena tetap tampil low profile. Menurut laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN) hartanya mencapai Rp 48,8 miliar. Tapi kekayaan itu tak menyilaukannya. Etos kerja keras dan kerja cerdas yang telah ia bangun sejak menjadi wartawan tetap ia tunjukkan saat menjadi Direktur PLN.
Pria kelahiran Magetan, Jawa Timur, 17 Agustus 1951 pun dianggap sukses membuat program terobosan seperti Sehari Satu Juta Sambungan untuk pemasangan pelanggan baru.
Selain itu, Dahlan sukses menggelar program tambah daya gratis untuk menekan subsidi, efisiensi pembelian trafo hampir 50 persen. Pada Mei 2011, Dahlan juga menetapkan bulan tanpa surat perintah perjalanan dinas (SPD). Setiap karyawan PLN yang melakukan perjalanan dinas tidak ada penggantian uang perjalanan.
Saking sukses storinya, sosok Dahlan Iskan pun seolah tanpa cacat. Sepatu kets yang menjadi ciri khasnya justru dianggap sebagai bagian dari kesederhanaan, sekaligus kelebihannya. Bahkan ada ulasan yang mendikotomikan sepatu kets Dahlan Iskan dengan sepatu kulit mahal lambang modernisasi yang banyak didewakan. Sepatu kets Dahlan Iskan menjadi pemenangnya.
Ulasan-ulasan berlebihan tentang Dahlan Iskan di media pun seolah menjadi permakluman bahwa ia bisa seenaknya berjalan-jalan di Istana Negara menggunakan sepatu kets. Padahal dalam peraturan resmi mengikuti acara di Istana, siapapun tak boleh menggunakan celana jeans, kaos baik berkerah apalagi tidak, termasuk sepatu kets.
Jangankan para tamu, wartawan yang biasa ngepos di Istana saja tak akan berani mencoba-coba hadir dalam acara resmi menggunakan celana jeans atau sepatu kets. Paspamres yang berjaga di pintu gerbang pasti akan langsung menolaknya entah itu sudah kenal atau tidak.
Wartawan yang tak biasa dengan berpenampilan resmi seperti itu tentu saja akan tersiksa. Saya sendiri pernah merasakan menjadi wartawan istana pada tahun pertama terpilihnya SBY sebagai Presiden di periode awal. Saat itu saya harus mengubah total penampilan yang serba santai menjadi serba resmi, dan itu sangat menyiksa.
Untungnya penugasan itu hanya beberapa bulan, karena pimpinan di kantor menarik kembali saya untuk mengelola halaman. Saya jadi kembali bebas. Dan karenannya, saya sangat bisa memahami harapan rekan Ika Chandra untuk bisa menggunakan sepatu kets di Istana seperti Dahlan Iskan.
Kebiasaan menggunakan sepatu kets bukan monopoli Dahlan Iskan. Banyak orang ingin bekerja seperti itu namun tak kuasa karena belum sesukses sang menteri BUMN. Kebiasaan menggunakan sepatu olahraga itu karenanya bukan sebuah kelebihan seseorang dan tak bisa dijadikan contoh.
Saya lebih suka dengan kasus sepatu mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Orang sekelas Kalla secara mengejutkan ternyata selalu menggunakan sepatu kulit buatan dalam negeri dalam kesehariannya. Kasus sepatu Jusuf Kalla terasa lebih nasionalis, inspiratif, dan bisa menjadi teladan.
Karena itu permakluman sepatu kets Dahlan Iskan di Istana harus segera diakhiri. Selama menjadi orang pertama di Jawa Pos, PLN atau Kementrian BUMN, Dahlan bisa saja bebas menunjukkan eksentriknya, selalu menggunakan sepatu kets. Tapi di Istana Negara ia adalah hanya anggota kabinet, pembantu presiden, dan harus taat pada peraturan istana.
Dahlan harus berlapang dada dan menghormati tatakrama Istana sebagai simbol negara dengan tak menggunakan sepatu kets seenaknya di sana. Apa susahnya sih mengganti sebentar sepatu kets dengan sepatu resmi saat berada di Istana? Kan bisa dilakukan sebentar di mobil, toh bisa diganti lagi saat acara selesai? Banyak juga lo sepatu kulit yang enteng dipakai layaknya sepatu kets.
Jika permakluman itu dibiarkan, setiap kali berada di Istana akan selalu muncul rasa iri hati. Misal akan muncul pertanyaan, jika Dahlan Iskan boleh kenapa saya tidak?
Saya kira kepatuhan Dahlan Iskan mengganti sepatu kets di Istana Negara justru bisa menjadi sukses lain dalam storinya. Bahwa ia bukan pimpinan egois, pimpinan tahu diri, patuh pada paspamres dengan mentaati tata karma Istana Negara.
Senang lihat Dahlan Iskan menggunakan setelan jas dan sepatu kulit serasi, tampak berwibawa saat berjalan di halaman istana negara. Begitulah status facebook saya kelak jika Dahlan Iskan akhirnya mau mengganti sepatu ketsnya di Istana Negara.



  



Detik.oto- - Menteri BUMN Dahlan Iskan ternyata cukup memantau perkembangan motor di tanah air. Motor menurutnya memberikan dampak luar biasa pada transportasi. "Dengan sepeda motor, masyarakat kelas menengah bawah memiliki alat mobilisasi dan lebih fleksibel dibandingkan dengan alat transportasi kelas menengah atas," ujar Dahlan di Jakarta. Penjualan motor di Indonesia memang cukup menggila akhir-akhir ini. Selama 2011 saja hingga bulan November kemarin, angka penjualan motor mencapai 7,580 juta unit. "Ini akan memberikan dampak yang luar biasa kepada transportasi kita," ujar Dahlan Iskan. Sebelumnya, ketika masih menjabat sebagai Direktur Utama PT PLN (Persero) Dahlan Iskan bermimpi untuk melakukan elektrifikasi terhadap kendaraan-kendaraan bermotor yang ada di Indonesia. Hal ini dapat mengurangi penggunaan BBM yang ke depannya semakin mahal dan langka. "Memang kita punya cita-cita kalau bisa seluruh mobil dan motor itu pakai listrik, pertama kan BBM mahal terus, dan kedua biar bisa kurangi polusi. Sekarang lagi kita pilih untuk pulau tertentu supaya satu motor di sana bisa pakai kendaraan listrik," kata Dahlan. Dahlan juga mengakui, bahwa hal ini tidak sekedar rencana, tapi ingin menjadi sebuah program tersendiri dan bisa menjadi sebuah kenyataan meski belum menjadi prioritas.


3 comments:

  1. jadi inget jaman Gus Dur, batasan protokoler pun jadi lebih longgar. waktu Gus Dur jadi presiden, sejumlah orang dapat masuk ke Istana hanya dengan mengenakan sarung dan sandal. (kebanyakan tamu Gus Dur kyai)
    Tindakan Gus Dur ini mungkin sesuai dengan sikapnya untuk mendesakralisasi istana, atau bahasa gampangnya mengembalikan istana sebagai istana rakyat.

    ReplyDelete
  2. hehe...

    gpapa, biarin saja ada menteri tampilannya pake sepatu kets, yang penting kerjanya beres, efisien, tidak menghambur2kan uang negara untuk keperluan protokoler yg g jelas.

    ReplyDelete