Saturday 29 October 2011

28

harapanku.
karya seni. realita.
kekagumanku. 
keramahan. dia. mereka.
perbedaan. ceritaku. kebudayaan. impianku
tulisanku.langitku. 
karyaku.
lukisan. sahabatku. alamku. keindahanku.
kerinduan. penyesalan.
  pesanku. KAMU. masa lalu.
jarak. kenangan.
pemimpi. 
lupa. pecundang


by:agneshia christa

Saturday 22 October 2011

Ini Dia Pestanya Institut Seni se-Indonesia!

Opening Pameran Seni Rupa FKI VII-2011
by: agneshia christa

Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta tengah mendapat kebanggaan untuk meggelar FESTIVAL KESENIAN INDONESIA VII-2011 yang dilaksanakan tanggal 14-16 Oktober 2011. Festival dua tahunan ini mengusung tema “THE VOICE OF ARCHIPELAGO”.yang berarti sebagai resonansi dimensi kebudayaan negara kepulauan yang terletak diantara benua Asia dan Australia. Adapun materi festival pada tahun ini antara lain pertunjukan terbaik dari berbagai Perguruan Tinggi Seni, pertunjukan karya seni seperti pentas music etnik,, Pemutaran Film, Pameran, Workshop, Seminar, dan bazar.
Opening Pameran Seni Rupa sendiri telah dilaksanakan Jumat, (14/10) di Mojosongo Art Galerry, Kampus II ISI Surakarta. Opening yang dimulai pukul 09.00 pagi itu dihadiri oleh tamu undangan dan pecinta seni. Setelah sambutan dari panitia dan rektor, acara dilanjutkan dengan peresmian pembukaan oleh rektor ISI.. Acara pembukaan yang biasanya dilakukan dengan pemukulan gong, kali ini terkesan berbeda dengan secara simbolik menggoreskan cat di kanvas.
Selanjutnya hadirin dipersilahkan memasuki ruang pameran yang diadakan di lantai satu dan dua. Di lantai satu dipamerkan karya seni rupa dari ISI Denpasar, ISI Padang Panjang, IKJ Jakarta, STKW Surabaya, dan STSI Bandung. Karya seni rupa yang dipamerkan antara lain lukis, grafis, patung, desain interior, auto visual, fotografi, instalasi, diskomvis, new media arts dan seni kriya.
Sedangkan di lantai dua dipamerkan karya seni rupa dari ISI Jogjakarta dan ISI Surakarta. Memasuki ruangan di sisi kiri, disambut karya seni Acrylik di atas kanvas dengan ukuran besar 375 cm x 125 cm karya Irul Hidayat, mahasiswa ISI Surakarta. Lukisan dengan judul “Fanatisme dan Pesan Damai Anak Bangsa” tersebut terlihat sangat “Indonesia” dengan nuansa merah putih dan sarat dengan Nasionalisme. Para penikmat seni di ruang pameran pun dimanjakan dengan iringan musik karawitan dari ISI Surakarta.
Karena jumlah karya seni yang dipamerkan sangat banyak, maka pameran yang akan berakhir pada Minggu (16/10) itu juga dilangsungkan di Balai Sujatmoko, Monumen Pers dan Taman Budaya Surakarta. Selain pameran seni rupa, masih ada beberapa materi Festival yang juga akan dilaksanakan selama tiga hari di kampus I ISI Surakarta.
Festival dua tahunan ini dikatakan sukses karena persiapan maksimal telah dilakukan ISI Surakarta dari pertengahan tahun ini. Selain karena Festival Seni ini tingkat Nasional yang melibatkan Perguruan Tinggi Seni se-Indonesia, terakhir kali Solo menjadi tuan rumah adalah tahun 1998 lalu. Acara yang didukung oleh Kementrian Pendidikan ini diharapkan mampu menyiapkan bagaimana kesenian dapat mendorong perkembangan ekonomi.

Friday 21 October 2011

NONFIKSI


Saya Cinta Indonesia!
Tapi Tidak Dengan Pemerintahannya

            Tidak ada yang menyangkal bahwa Alam Indonesia indah. Hamparan Raja Ampat, bawah laut Sulawesi, jajaran ombak di Dewata, adalah sesuatu yang mungkin beda tipis dengan surge. Kebudayaan dan adat yang terjaga, adalah sesuatu yang sangat Amazing!
            Dan tatkala anugerah Tuhan iu diberikanNya secara Cuma-Cuma, manusia mempunyai hak untuk menikmatinya, dan tentu menjaganya juga. Jadi tidak salah jika saya tergila  gila dengan Indonesia. Menikmati mataharinya, pantainya, bawah lautnya, dan semua!

To be continued deh, tiba2 males nulis. hehe

KETIKA SAYA BELAJAR MEDITASI PADA I GEDE PRAMA



Rumah Intelektual, Lentera – Lentera Meditasi

Pintu depan :
            Selamat datang di rumah intelektual yang ke-17. Sebuah rumah kejernihan. Mudah – mudahan bisa memberi kontribusi pada semua. Sekali lagi semua. Semoga semuanya berbahagia dalam kejernihan.
1.      Meditasi yang bisa diucapkan bukan meditasi. Kata-kata seperti telunjuk yang menunjuk bulan. Hanya dengan berjalan manusia bias sampai ke bulan, bukan dengan melihat  terus menerus telunjuknya.
2.      Ada yang menyebutkan, mengerti dulu melalui kata-kata baru pergi. Ada yang sebaliknya, pergi dulu kemudian bias mengerti dengan sendirinya.
3.      Meditasi seperti memakan buah pisang. Mengerti rasa pisang melalui kata-kata yang amat terbatas. Manis! Seperti gula? Bukan! Manis seperti gula, lembek seperti mentega! Jadi gula dicampur mentega? Tentu saja bukan!
4.      Kalau rasa pisng saja gagal dijelaskan oleh kata –kat, apalagi meditasi. Seperti mau mengerti rasa pisang, makan saja pisangnyam kemudian dapatkan pemahaman diluar kata-kata.
5.      Dalam penyederhanaan yang membawa kedalaman, ada yang mengemukakan: makan ketika lapar, minum tatkala haus, tidur manakala mengantuk. Itulah meditasi.
6.      Dengan kata lain menjalani semuanya secara mengalir penuh dengan kesadaran membuat manusia masuk dalam rumah meditasinya
7.      Mengalir penuh kesadaran ini bias mudah, bias juga susah. Mudah bagi orang-orang yang mudah menggali dalam-dalam, badan dan pikirannya. Susah, bagi yorang-orang yang masih diperkuda badan dan pikiran.

puisi berpelukannya dua sperma


Berpelukannya Dua Sperma
by: agneshia christa


Itulah awal terbentuknya aku.
Aku ada di dunia, bertumbuh hidup dan terjadi.
Berusaha menyentuh batas-batas rasionalitas
Berusaha memaknai teka-teki Tuhan yang bernama takdir
Membelok dari perjalanan intelektual
Mempertarungkan logika dengan batin,
 Dan terkadang memaksa obsesi menyerah pada takdir.

Dan tatkala manusia berada,
Berdampingan dengan alam dan sesama
Perjalanan hidup menjadi lebih berwarna
Dan yang tersisa hanya satu,
Terimakasih untuk Tuhan

AKU INGIN MENJADI JANIN!


AKU INGIN MENJADI JANIN !

Berada di dalam kandungan sana,
Dielus, disayang, diharapkan keberadaannya,
Dihujani dengan senyumaan
Dimandikan dengan kasih sayang semua orang
Tak jarang mereka yang kemudian kupanggil dengan ayah dan ibu itu memberiku ratusan doa dan pujian
Kasih saying yang sangat penuh untukku

Namun tak selamanya ternyata
Ketika tubuh ini suah melewati fase balita, kanak – kanak dan remaja,

Dan kemudian ketika sebuah tempat yang kusebut rumah,
Tempat iyu bagaikan mimpi buruk bagiku
Seperti ada lingkaran neraka di tengahnya
Dimana kenyamanan hanyalah sebuah cerita yang tak pernah ada
Dimana kedamaian hanyalah sebuah fiksi
Dimana ketenangan hanyalah bualan omongkosong

Semua yang terjadi membentuk karakter diriku
Dan aku tak mampu melarikan diri
Dan mungkin memang, rumah dan neraka adalah mungkin dua hal yang sama

MONOLOG'KU UNTUK TUHAN


Monolog’ku Untuk Tuhan
by: agneshia christa

Tuhan selalu setia memberikan pagi di setiap penghujung malam.
Selalu memberikan pelangi di setiap akhir hujan.
Selalu memberik kita jawaban di setiap doa kita.
Tapi tak jarang Dia membuat kita tersudut dengan “takdir”nya
Membuat kita bingung dengan ragasia-Nya yang menjadi jalan hidup kita
Membuat kita sedih dan kacau dengan masalah yang ada
            Saya berdoa dengan cara saya, dengan agama yang sudah saya peluk sejak saya belum lahir. Ketika banyak yang bilang bahwa berdoa adalah ‘saat’ kita bercakap – cakap dengan Tuhan, saya sedikit sangsi.
Bercakap-cakap?????
Bukankah bercakap – cakap adalah sebuah komunikasi dua arah? Dimana ada saat mendengar, dan menjawab. Dimana kedua belah pihak salah menyampaikan pesan.
Tapi doa?
Kita hanya bicara, Tuhan mendengar, namun tentunya Tuhan menjawabnya dengan “takdir” yang kita temui di lain waktu.  Jadi tidak salah jika saya mengatakan bahwa Doa adalah sebuah monolog untuk Tuhan.

Dan ketika saya mengirimkan monolog untuk Tuhan;
Tuhan, terimakasih untuk nyawa dan hidup ini
Terimakasih atas nafas yang secara cuma-cuma dapat saya nikmati
Terimakasih atas orang-orang dan pengalaman dalam hidupku
Terimakasih atas masalah yang memaksaku untuk berdiri
Terimakasih atas relasi-Mu denganku yang tak pernah terputus
Terimakasih telah mengizinkanku melaksanakan karyaMu di atas bumi
Terimakasih atas kepercayaanMu, bahkan saat aku tak percaya
Terimakasih atas kesempatan mencintai diriku dan sesama
Terimakasih atas kemampuan memaafkan
Terimakasih atas inspirasi yang menyemangati jiwaku
Terimakasih atas diriku apa adanya
Terimakasih atas alam dan sesama ini
Terimakasih atas pemikiran ini
Terimakasih untuk hati yang masih bisa bahagia
Terimakasih untuk semua
Terimakasih Tuhan

            Namun tak jarang saya mendengar orang-orang berdoa meminta segala sesuatu dengan lancarnya tanpa instropeksi dan syukur.
            Satu yang saya pertanyakan:
MEREKA ITU BERDOA ATAU MENYURUH TUHAN?????

Wednesday 12 October 2011

MONOLOG

hii
maaf sekali, blog baru. masih sangat kosong . akan segera diupdate hohohohoho
perkenalan,

Agneshia Christa.
mulai berpijak pada bumi, 9 Januari 1991
tidak suka pada rencana. 
pembaca buku apa saja. sangat suka menulis. apa saja, fiksi, nonfiksi, artikel, etc
interest pada music and art
follow @agneshiachrista
contact person: agneshia.christa@gmail.com
thx

CERPEN "es krim coklat is enought"


Es Krim Coklat is Not Enought

“ Aku memang aneh !” teriak  Tania pada bayangannya sendiri.
Sudah hamper sepuluh menit Tania memandangi dirinya sendiri di depan cermin. Matanya menatap tajam wajahnya yang sebenarnya cantik itu. Rambut hitamnya terurai sebahu. Hidungnya yang mancung membuatnya terlihat semakin cantik.
                “ Tapi kenapa aku diputusin????? Perasaan aku ga jelek – jelek amat….huuuaaaaaaa.” mimik wajahnya langsung berubah. Keluhannya terhenti setelah mendengar suara mama yang menyuruhnya untruk segera bersiap berangkat sekolah karena jam sudah menunjukan pukul 06.15. dan saat itu juga Tania belum melaksanakan mandinya, padahal jarak dari rumahnya ke sekolah cukup jauh.
                Dengan muka lusuh dan berjalan setengah menyeret, Tania menuruni anak tangga rumahnya. Seragam putih abu sudah dikenakannya dan tas hitam polos sudah bertahta di pundaknya.
                “ Lama banget kamu Tania! Ini sudah jam berapa??? Kamu pasti terlambat sekolah. Kebiasaan deh kamu… padahal udah dibangunin dari tadi pagi… ………………..” dan sebenarnya masih panjang omelan mama, namun tak dihiraukan Tania yang langsung bergegas berjalan ke luar rumah.
                “ Tania sarapan di sekolah aja mah.” Cuma itu yang dia lontarkan tanpa melihat kea rah mama. Tania langsung masuk dan duduk di samping kemudi mobil sedan yang sepertinya sudah menunggu Tania sejak 20 menit yang lalu. Seorang pria  40tahunan di sampingnya hanya geleng – geleng kepala melihat tingkah Tania.
                “ Udah siap Tuan Putri??”
Tania menoleh kea rah kemudi dengan muka ditekuk. “ Udah Pah.” Jawabnya singkat.
Mobil langsung meuju kea rah sekolah Tania. Dan tepat sekali, gerbang sudah ditutup. Dengan malas – malasan Tania turun dari mobil dan berjalan santai ke dalam sekolah. Di derpan gerbang dia harus menyiapkan sebuah kebohongan untuk meloloskan diri dari satpam. Ijin masuk sekolah sudah didapat. Tapi hukuman masih menunggu. Menyapu lapangan basket. Terdengan bodoh di telinga Tania. Tapi itulah yang harus dilakukannya.
Tania berjalan kea rah lapangan basket yang terletak di tengah sekolahnya. Dia melewati lorong sendirian. Harus melewati deretan ruang kelas X1 dan sebuah lab bahasa untuk sampai di lapangan. Disana sudah ada beberapa siswa yang juga melaksanakan tugas yang sama dengan Tania. 3 siswa sudah berdiri di lapangan tengah sibuk membersihkan daun – daun kering yang mengotori lapangan.
“ Sial… kenapa ada dia!!!! Ah shit….!!!!” Tania mengumpat dengan ekspresi kesal menghiasi wajahnya. Tapi dia tetap melangkah ke lapangan walaupun dengan berat hati dan perasaan kesal. Dengan cuek dia langsung melaksanakan tugasnya.
Seorang cowok jangkung mendekatinya. “ Tan, …” baru hendak bicara Tania langsung memotong.
“ Apa.. udahlah..lagi males ngomong….” Tanpa memperdulikan cowok itu, dia pergi menjauh. Cowok itupun tau diri Tania sangat males melihat wajahnya, dia pun tak mengejar Tania dan mengurungkan niat semulanya untuk bicara.
Selesai melaksanakan hukuman, Tania masuk ke kelas. Begitu pula 3 siswa yang dihukum bersamanya tadi, masuk ke kelasnya masing – masing.
“ Sial.. gue ketemu Andrew tadi Dis…” ucap Tania pada teman sebangkunya.
“ Kok bisa? Dimana?”
“ Kita telat, dihukum bareng. Dia tadi mau ngomong. Tapi gue males” Tania menyandarkan kepalanya ke atas meja. Wajahnya terlihat sangat BT.
“ Kok loe ga dengerin apa yang mau dia omong sih Tan?”
“Gila aja.. males deh.. mau ngomongin apa lagi?? Alas an dia mutusin gue?? Udahlah.. dah cukup dia bikin hari – hari gue jadi males kaya gini. Hiksss….”
“ Ah lebay loe Tan.. putus cinta aja sampe kaya gitu… kaya ga ada tujuan hidup loe…” Obrolan mereka terhenti setelah Bu Ani guru pelajaran ke-2 masuk kelas.
Sepulang sekolah Tania ngumpul dulu sama genk’nya di deket lapangan basket.
“ Cieee yang lagi patah hati..mukanya  ditekuk terus… hahahaha” temen – temen yang lain ikutan mencela. Tania Cuma diem sambil memasang wajah tanpa ekspresi. Temen – temennya pada godain. Namun yang jadi tokoh utama maish aja Cuma pasanga wajah cemberut.
“Ah loe pada ga ngerasain jadi gue… sedih taukkk…hiks… emank gue kurang apa sih..”
“ Kurang tinggi… hahahaha” 4 cewek yang sedari tadi heboh berujar kompak.
“ sialan …huhhh”
“ Tar liat tanding basket yuk.” Ajak Disty yang diikuti anggukan yang lain..
“ Siapa tau loe dapet gebetan baru Tan…” Rini menimpali.
Tania Cuma mengangguk tanpa jawaban keluar dari bibirnya. Dia pun melangkah gontai ke parkiran diikuti yang lain. Rini yang biasa pulang bareng Tania berjalan disampingnya. Di mobil Rini, Tania baru bisa cerita banyak. 30 menit perjalanan pulang dia pake buat sesi curhat.
“ Rin gue sakit banget diputusin Andrew. Gue jadi males ngapa – ngapain. Gue tu saying banget sama dia. Tapi dia tega putusin gara – gara dia bilang gue ga dewas. Emank iya ya.hikss….”
Riny harus membagi konsentrasi menyetirnya dengan menanggapi curhatan sahabatnya itu.
“ah elo lebay Tan, udahlah cowok masih banyak. Move On girls! Loe cantik, di luar sana masih banyak cowok yang bisa nerima loe apa adanya termasuk sifat loe. Andrew bukan akhir segalanya.”
“caranya gimana??? Move On itu susah!!!”
“ Ya loe cari kesibukan biar lupa. Lakuin semua yang loe suka. Shopping, makan coklat, jalan – jalan atau apalah.”
“ Udah… gue dah berhari hari shopping.. makan terus.. es krim terus.. tapi is not enough!!!!” ekspresi kesal, kecewa, sebel bercampur jadi satu di wajah Tania. Rini hanya menjawab curhatan Tania dengan tawa terbahak.
“ Sialan malah ketawa…” gerutunya sembari menepok pipi cewek berambut panjang disampingnya itu.
Sore hari cewek – cewek kelas X1 itu dah ada disekolah lagi buat nonton basket. Andrew ada disana. Tania berusaha cuek dan bersikap biasa. Walaupun dia tahu Andrew sedari tadi perhatiin dia. Mereka udah pacaran hamper setahun. Pedekate diawali waktu Tania MOS, dan harus minta tanda tangan anggota basket kakak kelasnya. Dan saat itulah Andrew mulai terpikat sama adik kelasnya itu. Pedekate yang lumayan lama 4 bulanan, akhirnya memantapkan mereka berdua buat pacaran. Tania yang manja banget mungkin sedikit ngebosenin buat Andrew, cowok cool yang mandiri itu. Andrew emank ga tajir banget. Tapi badannya yang keren, wajahnya yang indo sama sikapnya yang cool sama cewek, bikin cewek – cewek dari yang sepantaran sampai adik kelas bakalan melihat ke arahnya minimal 3 detik kalo lagi papasan.
Andrew ga bisa disalahain sih. Soalnya Tania emang manja banget dan masih kaya anak kecil. Walaupun sebenarnya dia baik banget, ceria dan lucu. Tapi mungkin emang ga cocok sama Andrew yang mandiri dan dewasa.
Saat lagi asyik bercanda sama Disty dan yang lain, Andrew nyamperin Tania buat ngajak ngomong berdua. Tania yang dibujukin temen – temennya akhirnya mau .
“ Sorry ya Tan buat semua.” Andrew mengawali obrolan. Wajah Tania datar. Tapi sebenernya dalam hati dia berharap banget Andrew bakalan minta maaf trus ngajakin balikan. Tapi dia tahu its imposible buat cowok kaku dank eras pendirian kayak Andrew.
“ Iya. Mau loe apa.” Tania sok bersikap cuek. Padahal hatinya ngarep banget mantannya itu mengungkapkan cinta lagi.
“ Mau gue loe biasa aja. Jangan menghindar. Kita jadi kaya musuh. Pengen sahabatan Tan. Atau kakak adik lah. Seenggaknya kita pernah sangat dekat. Dewasa dikit Tan.” Hati Tania berkcamuk. Kecewa banget dia denger itu. Dia masih diam. Ga tau mesti jawab apa. Dia sadar sih sikap ngambegnya itu harusnya ga diperlihatkan.
“ Lagian abis iini gue mau kuliah di Malaysia Tan. Ga mungkin juga LDR. “ Tania sedikit kaget denger rencana kuliah Andrew. “ mampus bakalan ga ketemu lagi sama ni cowok.” Batinnya dalam hati. Apalagi sekitar 2 bulan lagi, Andrew bakalan lulus. Dan itu akhirnya secepat itu pula dia bakalan ga liat wajahnya utuk beberapa saat yang lama.
“ Gue saying loe Tan. Tapi sekarang gue lebuh pengen anggep lo adik.” Andrew mengusap rambut cewek mungil disampingnya itu. Tania menyandarkan kepalanya di bahu Andrew. Dia menahan tangis. Dan Andrew masih menenangkannya dengan mengusap lembut dahi cewek itu.
“ Ya udah Ndrew.. gue berusaha nerima. Sory sikap kemarin – kemarin yang childish banget.” Tania mengangkat kepalanya dan senyum manis menghiasi bibirnya.
“ Nah gitu donk.. “ Andrew tersenyum lega. Mereka berdua pun melanjutkan ngobrol dan Tania, berusaha mengikhlaskan Andrew. Entah mengapa sikap Andrew yang sangat dewasa itu bisa meluluhkan egonya. Hamper satu jam ngobrol, Andrew cabut ke lapangan buat tanding. Dan Tania balik ke temen – temennya dengan wajah ceria. Entah mengapa dia bisa mengiklaskan Andrew dan menerima keputusannya.
Temen – temen bahas wajah Tania yang udah ga sedih lagi. Senyum terus menghiasi wajahnya. Sambil cengingisan dia bilang apa aja yang diobrolin sama Andrew.
“ baguslah kalo loe bisa nerima. Harusnya emang dari kemarin loe gitu. Toh keputusan Andrew khan ada alasannya. Bukan karena pihak ke3 khan.”  Ujar Disty serius
“ Nah mulai sekarang loe harus ceria lagi. Sapa tau cinta baru segera dating. Ga ada lagi galau. Ga ada lagi pelampiasan shopping, coklat, es krim dan lain – lain. Hahahaha” rini setengah mencela .
Sambil cengar cengir Tania menjawab santai “ iya donk,, gue ga bakalan kaya du…..” Plak!!! Tiba – tiba bola basket terlempar keras mengenai lengan Tania. Seorang cowok putih berambut sedikit tebal menghampiri bola itu. Mereka sempat bertatapan. Cowok anak kelas X itu memandang dan tersenyum pada Tania yang bengong. Setelah mengucapkan maaf sembari mengangguk cowok itu berlalu balik ke lapangan. Tania masih memandangnya yang berlari kecil ke arah lapangan. Tiba – tiba cowok itu memalingkan wajahnya ke belakang, memandang Tania dan tersenyum.
Tania terperanjat, hamper 7 detik mereka bertatapan, dan
“ Ya ampun cakep banget.. itu tadi siapa?? Adik kelas ya?? Ya ampun lucu banget.” Ujar Tania heboh pada teman – temannya sesaat setelah cowok itu kembali pada permainan basketnya.
“ Oh My God….!!!! Tania!!!!” ujar ke 4 cewek itu. Secepat itu perasaan Tania berubah.
“ Dasar Ababil…AbEGE Labil….hahahahaha” tawa mereka lepas. Keceriaan kembali terpasang di wajah Tania. Dan  Patah hati hanyalah masa lalu.  




CERPEN "the party is over"


The  Party Is Over


                “ Ayolah Di ikutan…. Seru tauk…”
Dina Cuma menggeleng dan tersenyum menanggapi ajakan  sahabatnya yang menggebu – gebu itu.
Ara tak kehabisan akal. Masih saja dia merayu sahabatnya yang memang pendiam dan jarang bergaul itu.
“ Sekali aja di… gue jagain loe.. ga macem – macem kok disana . Lagian rame – rame sama anak – anak.. yah??? Ikut yah???” mata Ara menandakan penuh harap.
“Enggak ah Ra,,, ga pernah gituan.” Ujar Dina dengan polosnya.
“Haiyah,,, jarang – jarang ada event yang bisa didatengin bareng – bareng nih! Mumpung anak – anak lagi pada semangat….. c’mon girls…”
Obrolan mereka terhenti karena bel masuk kelas berbunyi. Mereka pun masuk kelas masing – masing. 
Di kelas Ara langsung lapor sama Doni teman sebangkunya.
“ gue ga berhasil ngajakin Dina.. sory Don..”
Dony terlihat kecewa. Padahal dia sangat berharap Dina bisa dateng di Rave Party yang dibikin abangnya, DJ ibukota yang terkenal.
“Padahal gue dah bujukan abang buat bikin Rave Party bulan ini.”
Ara terlihat menyesal dan kecewa. Dia tahu Dony udah bujukin abangnya gara – gara nurutin anak – anak. Dan dia juga tau kalo Dony yang 2 tahun ini memendam rasa sama Dina sahabatnya, pengen jadiin party itu sebagai ajang pedekate. Aneh juga sih, 3 tahun sekolah di tempat yang sama, tapi ga pernah pedekate. Tapi begitulah Dony, cowok clubbers yang sebenarnya hatinya lembut banget kalo masalah cewek. Walaupun sering jalan sama cewek yang ‘arrrrw’ tapi dalam hati, dia cintanya sama Dina, cewek manis sederhana yang pendiam dan malu – malu itu.
“ Tar gue bujukin lagi Don.. tenang aja…” ujar Ara sembari menepuk punggung cowok di bangku sebelahnya itu.
Dony tersenyum penuh harap. Dia berharap banget bisa deket sama Dina. Walaupun dia tau pasti bakalan salah tingkah dan diam kalo udah ada di deket Dina. Entah larinya kemana jurus nggombalnya yang selalu musnah hanya jika berada di deket Dina.
Sepulang sekolah Ara jemput Dina di depan kelasnya. Mereka emang biasa pulang bareng. Di perjalanan pulang, Ara ga henti – hentinya membujuk Dina. Seribu alas an dan rayuan dia keluarkan.
“ Ayolah Di. No drink, no drug, apalah terserah.. ok… yah… whatever pokoknya malam minggu loe gue jemput sama anak – anak. Casual aja. Ok..”
Dina yang mungkin risih sama ajakan Ara yang dilontarkannya tiap ketemu sejak 3 hari yang lalu itu akhirnya meng’iyakan. Walau dengan berat hati. Karena Dina emang ga suka sama hoby wajib para sosialista itu. Walaupun dia satu genk sama anak – anak yang hoby berdansa dengan music up tempo, tapi dia ga terpengaruh buat ikutan suka.
Malam minggu tiba. Jemputan udah dateng. CR-V hitam udah terparkir di depan rumah Dina. Dengan langkah berat Dina keluar rumah dan masuk ke mobil. Di dalam udah ada Ara sama temen – temennya yang lain, dan tentunya Dony.
“ yeeee akhirnya nona manis ikutan. Hahahah” ujar Clara sembari setengah teriak.
“ Apa’an sich Clar…” Dina mencubit pinggang cewek tinggi di sampingnya itu. Clara Cuma ngakak aja. Alkhohol sudah mempengaruhi kesadarannya, jadi sepanjang perjalanan ke pantai tepi ibukota itu dia habiskan dengan ngomong ga jelas sama ketawa sendiri.
Dony yang lagi nyetir ga bisa menyembunyikan salah tingkahnya karena ada Dina. Ara yang duduk di samping kemudi juga ga henti – hentinya godain Dony yang salah tingkah itu.
“ Perasaan tadi loe cerewet banget pas Dina belum ada. Kok sekarang Cuma diemmm seribu bahasa, senyam senyum doank Don??”  yang lain ikut menimpali . Dony Cuma diam dengan pipinya yang memerah. Dan Dina cuma senyum menganggap ucapan Ara hanya guyonan. Dina ga pernah mengira Dony ada rasa sama dia. Karena selama ini emank Dony ga pernah deketin atau nunjukin sikap yang menandakan dia ada rasa sama Dina. Padahal malam – malam Dony sering galau gara – gara Dina.
Tepat pukul 11 mereka udah nyampe. Anak – anak langsung membaur di ribuan orang yang udah memenuhi area pantai. Tempat terbuka, DJ keren, sama waktu yang tepat, bikin acara kali ini sukses ramai banget. Mereka  tengah berdansa di bawah langit yang cerah malam itu.
“ Don, loe jangan minum malam ini. Jagain tuan putrid ya. Gue nyusul anak – anak turun ya. Have fun boy!!!!” teriak Ara karena bising banget tempat itu.
“ Oke…” Dony meng iyakan, sembari ngajak Dina sedikit menyingkir karena dia tahu Dina ga nyaman sama tempat dan suasana saat itu. Dina lega karena Dony dengan pengertiannya mau ngajakin ‘menepi.”
“Kesana aja mau? Cari minum..” ujar Dony sambil menunjuk ke kedai unik tepi pantai yang jaraknya lumayan jauh dari tempat mereka berdiri.
“ iya ga papa.. kesana aja…” wajah Dina sedikit berseri. Dia benar – benar merasa asing di tempat itu.
Mereka pun berjalan beriringan. Dony menggandeng tangan Dina saat mereka hendak menerobos lautan manusia yang terpengaruh alkhohol. Seperti sangat menjaga Dina, Dony berjalan di depannya mencarikan jalan sembari tangannya masih erat menggenggam Dina. Entah mengapa jantung Dina tiba – tiba berdetak sangat kencang. Dia merasakan ada sesuatu aneh dalam dirinya. Dia merasa senang dan nyaman dengan perlakuan Dony yang terlihat sangat menjaganya.
Setelah melewati lautan manusia, mereka berjalan berdua ke arah yang sepi. Tangan Dony masih menggenggam erat Dina. Jantung Dina masih berdetak sangat kencang. Baru kali ini dia merasakan seperti ini. Dia sendiri heran kenapa bisa merasakannya. Dony terlihat salah tingkah ketika tersadar tangannya masih menggenggam gadis mungil itu.
“ Eh sory, hhhehe” ujarnya sembari melepaskan perlahan tangannya.
Dina tersipu malu. Dia juga jadi terlihat salah tingkah. Sepanjang berjalan mereka sama – sama diam. Bahkan menatap saja sama – sama malu dan tak berani. Sama persis seperti anak yang baru puber yang masih malu – malu ketika bertemu orang yang disuka.  Sesampainya di sebuah kedai yang sepi itu, mereka baru berbicara.
“ Dina mau duduk dimana?” ujar Dony pada cewek manis itu.
Dina melihat sekeliling. “ gimana kamo beli soft drink aja, trus duduk aja di sana…. Dina kurang nyaman di sini, tempatnya terlalu romantic. hhhehe” Ujarnya sembari menunjuk kea rah pantai yang penuh rentetan pohon kelapa.
“ loh disana ga ada meja kursi Dina…”
“ Ga papa.. duduk aja di pasir.”
“ Hmmmmm , asyik juga..ok..” setelah membayar 2 softdrink, Dony kembali pada Dina yang menunggu di luar.
  Yuk… “ Ujar Dony sembari menggenggam kembali tangan Dina. Mereka berdua tersipu. Jantung Dina kembali berdetak lebih cepat. Entah mengapa dia jadi merasa aneh seperti ini
“ kenapa aku jadi seperti ini??? Apa mungkin aku suka sama Dony???” ujar Dina dalam hati.
“ Duduk sini aja yah…” Dony melepaskan tangannya dan melipatkan kakinya di atas pasir. Mereka berdua duduk brdampingan menghadap laut. Suasana sepi, hanya terdengar suara ombak laut. Malam itupun hanya diterangi bulan yang bersinar terang. Sisi lain di Utara mereka, teman – temannya tengah hanyut dalam dance music bersama lautan manusia penggila party.
Mereka berdua hanyut dalam obrolan panjang. Dina tak menyangka, teman yang selama ini dia anggap playboy, ternyata punya sisi yang berbeda. Dony terlihat dewasa dan sangat lembut. Walaupun dia jarang absen di party dan club2, tapi nyatanya dia punya sisi lain yang berbeda. Dia sangat terlihat malu – malu dan grogi berhadapan dengan Dina. Dan satu hal yang membuat Dina terpesona. Dia sangat menjaganya dan memperlakukan Dina dengan sangat sopan.
Ditatapnya cowok samping di sebelahnya itu. “ Hmmm Dony cakep banget ternyata. Wajah Indo sama badannya yang tinggi… gimana ga bikin deg – deg’an… dan gitu ternyata dia cowok baik – baik…” ujar Dina dalam hati. Cukup lama dia memperhatikan wajah tampan Dony dari samping. Selama itu pula jantungnya terus berdetak lebih cepat.
Tak terasa  2 jam lebih mereka ngobrol. Dony sangat menyenangkan. Banyak sekali hal yang mereka perbincangkan. Dina sendiri merasa sangat nyaman dengannya. Dan mungkin dia juga mulai merasa “suka” sejak pada gandengan tangan pertama. Hhhehe
Tiba – tiba Dony gugup. Dalam hatinya dilema. Lebih dari 2 tahun dia memendam rasa. Dan sekarang kesempatan mereka tengah dekat. Namun bagi Dina amat sangat terlalu cepat jika Dony mengungkapkan perasaannya sekarang. Karena selama ini Dony belum pernah pedekate. Tapi etrsiksa sekali rasanya ketika memendam perasaan. Apalagi Dony tau Dina didekati cowok lain, dan itu yang membuatnya galau tiap malam. Dony ga rela Dina jadi milik cowok lain.
Pikiran Dony kemana – mana. Memikirkan   antara perasaan cinta’nya dan kesempatan yang ada di depan mata.
“ ayolah Don,, sekarang atau tidak sama sekali.. tinggal ngomong doank… Just as simple as that !” dalam hati Dony berusaha meyakinkan dirinya.
Setelah meyakinkan hatinya, akhirnya Dony memutuskan untuk bilang…
“ Dina, hmmmmm… gue mau ngomong tapi loe ga usah jawab atau mikirin yah… “ dony mengusap usap rambutnya sendiri. Terlihat jelas dia sangat malu dan salah tingkah. Dina sendiri tak berani menatap cowok di sebelahnya itu.
“ Gue nganggep Dina itu special dan beda sama yang lain. Hmmmm tapi… hmmmmm… gimana yah.. pokoknya Dina itu beda. Dan mungkin terlalu cepet kalo ngomong lebih sekarang. Makanya Cuma pengen Dina tau kalo 2 tahun ini gue ganggep dia special. Gue Cuma pengen Dina tau aja itu.. ga minta jawaban.. Let it Flow aja.. hhhhe” Dony menarik nafas panjang dan tersenyum seusai berujar. Wajah lega menghiasinya.
Dina sendiri kaget mendengarnya. Dia tak tahu harus bicara apa. Tapi jujur entah mengapa dia senang mendengarnya.
“Iya Let it Flow aja ya…” Dina berpaling menatap Dony dengan senyum manis di wajahnya.
Dony tak bisa menyembunyikan perasaan senangnya. Sinyal baik diterima, awal yang sangat baik pikirnya. wajahnya yang memerah langsung berseri. Senyum lebar menghiasi wajahnya. Dina sendiri tak menyangka rasa suka itu dating begitu cepat. Dan mungkin memang benar ungkapan bahwa untuk jatuh cinta hanya dibutuhkan waktu 7 detik saja!!!
“ itu dah pada mau bubar. Kita balik sama anak – anak yuk.” Ajak Dony diiringi anggukan Dina. Sepanjang berjalan menyusuri pantai, senyum manismenghiasi wajah keduanya. Masih sama – sama tersipu malu. Dan begitulah, pesta telah berakhir, namun cinta itu baru akan dimulai.