Sunday 24 August 2014

Menikmati Hujan Abadi Green Canyon




Jika Amerika punya Grand Canyon, Indonesia punya Green Canyon. Green Canyon yang bernama asli Cukang Taneuh ini sebenarnya mempunyai arti jembatan tanah. Green Canyon ini terletak di Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Ciamis, Jawa Barat. Dari Kota Ciamis sendiri berjarak sekitar 130 km atau jika dari Pangandaran berjarak sekitar 31 km. Di dekat objek wisata ini terdapat objek wisata Batukaras serta Lapangan Terbang Nusawiru.
Perjalanan saya dan sahabat saya Yeye dimulai dari backpacker naik kereta api dari kota Surakarta dan berhenti di stasiun Cileunyi pukul 5 pagi. Saya istirahat sebentar di stasiun. Toiletnya bersih, air dan hawanya dingin membuat saya betah menunggu jemputan disana. Pukul 7 pagi teman saya dari Tasik datang dengan mobilnya dan kami langsung memulai perjalanan ke arah  Pangandaran. Kami mampir sarapan bubur ayam yang memang bubur ayam di sekitar tasik dan garut ini paling enak menurut saya. Bermodal googlemaps, kami sampai di pantai Pangandaran pukul 11 siang. Suasana pantai Pangandaran saat itu sangat ramai , akhirnya kami memutuskan menyeberang ke Pulau pasir putih dengan perahu bertarif 150 ribuan dengan jarak 10 menit. Disana lebih sepi dan bagus, dan kita bisa snorkling di sekitar pantai.
Puas bermain di pantai, kami melanjutkan perjalanan ke tujuan utama kami, yaitu Green Canyon yang mempunyai hujan abadi. Sebenarnya jarak hanya 30 km, tapi karena kondisi jalanan yang sangat buruk, membuat perjalanan menjadi lama. Hingga sampai disana sudah mulai gelap, kami pun menuju pantai batu karas yang tak jauh dari Green Canyon. Disana ada beberapa watersport dan banyak penginapan. Kami pun menginap disana dengan harga kamar variatif antari 250ribu- jutaan per malam.
Keesokan harinya kami langsung menuju Green Canyon  yang diibuka dari jam 08.30-16.30. Dengan perjalanan 30 menit. Setelah membeli tiket biaya masuk dan kapal yang saat itu 125 ribu dengan kapasitas 5 orang, kami pun siap menyusuri sungai menuju muara sejauh 3km atau sekitar 30 menitan. Sungai yang kami lewati sangat cantik berwarna hijau tosca dengan tebing-tebing yang menjulang tinggi. Dengan dikepung pemandangan tebing dan rimbunnya pepohonan hijau, semakin menambahkan pesona sajian alam yang kami nikmati. Ditambah lagi sinar matahari yang masuk melalui celah-celah tebing, membuat kita semakin terpukau. 




Begitu terlihat jeram dengan alur yang sempit yang tidak cukup dilewati oleh perahu berarti sudah sampai di mulut Green Canyon.  Di sinilah awal petualangan menjelajah keindahan objek wisata ini dimulai. Melihat air yang jernih dan berwarna kebiru biruan, kami langsuk masuk menceburkan diri sambil menikmati percikan hujan abadi dari atas tebing. Hujan abadi tersebut sebenarnya adalah aliran air dari atas tebing. Percikan airnya seperti hujan gerimis yang selalu ada meskipun musim kemarau. Sambil berenang, sesekali kami merayap ke tepi batu  dan kemudian melompat dari atas batu. Karena kami hanya diberi waktu 30 menit oleh Bapak yang mengemudikan kapal, dengan terpaksa kami naik lagi ke kapal dan kembali ke dermaga awal dengan menyusuri rute yang sama.
Setelah mandi dan berkemas, kami melanjutkan perjalanan untuk pulang. Kelelahan selama perjalanan panjang terbayar sudah dengan kenikmatan hujan abadi yang disajikan Green Canyon. Saya pun melanjutkan perjalanan ke Tasik lagi dan kembali pulang ke Solo dengan cerita dan pengalaman seru.

Thursday 14 August 2014

The Amazing Sempu



Berbicara tentang maskapai penerbangan yang murah, identik dengan Air Asia. Seperti pengalaman yang akan saya ceritakan, dimana jatah uang untuk flight, bisa saya gantikan dengan pengalaman liburan yang sangat berkesan. Akhir tahun 2013 sudah saya planning untuk cuti panjang. Awalnya saya hanya akan ke Jakarta, untuk datang di Djakarta Warehouse Project atau DWP 2013, sebuah event music yang tiketnya sudah saya beli jauh-jauh hari. 2 minggu sebelum keberangkatan ke Jakarta, dengan bekal ijin cuti, saya searching tiket. Melihat promo Air Asia yang sangat murah, hanya sekitar ¼ dari budget yang sudah saya siapkan, langsung saja otak travelling langsung merencanakan liburan dengan memanfaatkan sisa budget saya. Kota Malang yang saya pilih menjadi tujuan wisata saya.  
Hari yang saya tunggu tiba, penerbangan Jogja-Jakarta super murah mengantar saya ke event music DWP yang saya tunggu. Keesokan harinya saya melanjutkan terbang dengan tiket promo lagi dari Jakarta-Surabaya. Dari Surabaya saya naik bus ke Kota Malang untuk bertemu dengan 2 teman saya yang tinggal di Malang. Sampai di terminal Malang, saya langsung dijemput Faris dan Bli Teja. Ini bukan kunjungan pertama saya ke Malang, dan saya menginginkan pengalaman yang berbeda. Kedua teman saya yang merupakan anggota pecinta alam, menawari saya untuk ikut mereka Ke Cagar Alam Pulau Sempu. Tanpa piker panjang langsung saya iyakan!
Setelah berwisata kuliner di bakso President dan Restaurant Ice Cream Oen yang terkenal di Malang, kami melanjutkan perjalanan ke Pulau Sempu yang terletak 80 km di Selatan Kota Malang. Sekitar 5 jam berkendara dari Kota Malang, kami sampai di Pantai Sendang Biru. Pulau Sempu tidak dibuka untuk umum karena merupakan Cagar Alam dilindungi yang harus dijaga kebersihan dan keindahannya. Setelah minta ijin dan mendapat surat ijin dari petugas, kami menyewa kapal seharga 100 ribuan menyebrang ke Pulau Sempu. Hanya 15 menit menyeberang, kami sudah sampai di bibir pulau. Namun belum selesai perjalanan kami. Selalu ada harga yang harus dibayar untuk menikmati suatu keindahan. Kami masih harus berjalan kaki sekitar 2 jam menyusuri hutan untuk mencapai Segara Anakan yang kami dambakan.
Bagian yang paling saya suka dari perjalanan ini adalah medan yang tidak mudah karena kadang harus merangkak, melewati akar yang menghalangi jalan, namun semua dengan pemandangan indah pepohonan tinggi, akar-akar yang besar dan beberapa tanaman yang jarang kita jumpai. Sedikit ada kekecewaan ketika melihat beberapa sampah yang ditinggal wisatawan yang kesana. Saya dan teman pun mengumpulkan sampah itu dan membawanya dalam kantong plastik yang besar.
Lama berjalan akhirnya saya sampai di Laguna Segara Anakan. Udara segar, atmosfer pantai yang menyejukan, dan pemandangan indah di depan mata saya membuat saya takjub. Kalau saya diharuskan menggambarkan Pulau Sempu dengan sebuah kata, maka tanpa keraguan saya akan memberikan kata “Amazing”  untuk Pulau Sempu atau Laguna Segara Anakan yang ada di depan mata saya ini. Suara deburan ombak, suara angin pantai dan gesekan dedaunan membuat saya semakin terpana. Gara-gara melihat pemandangan luar biasa ini, saya resmi jatuh cinta pada alam ini. 


pemandangan begitu sampai di Laguna

Bayangkan perpaduan hijau, toska dan birunya samudra sungguh menakjubkan! Segara anakan terbentuk sejak berjuta-juta tahun yang lalu. Air yang masuk ke dalam Laguna berasal dari Samudra Hindia. Ya. Segara anakan berbatasan langsung dengan Samudra Hindia. Dari tebing pemisah itu, ada lubang berdiameter sekitar 2 meter. Setiap ada terjangan ombak, air laut tersebut masuk ke dalam Laguna melalui lubang tersebut dengan menghasilkan busa putih yang indah. Saya pun turun dari bukit dan benar-benar sampai di Segara Anakan. Kedua teman saya mendirikan tenda dan saya memunguti sampah-sampah disekitar kami untuk dimasukan ke dalam kantong plastik. Tenda selesai dan teman saya bersantai. 

Pesisir Laguna Segara Anakan
Segara Anakan, Pulau Sempu


Karena saya bukan tipe orang yang gemar melewati waktu dengan duduk-duduk dan bersantai, saya pun menyisiri tepi laguna dan naik ke tebing. Pemandangan Samudra Hindia yang berwarna biru tua sungguh menakjubkan. Satu alasan kenapa tempat ini didambakan banyak orang, karena surga yang tersembunyi ini begitu indah. Saya pun menikmati sunset indah yang ditawarkan tebing ini. Langit keemasan gagah menghiasi cakrawala, ditambah dengan pemandangan pesisir menawan dan angin apantai, membuat sore saya sempurna kala itu. 
tepi samudra hindia

tebing batas antara laguna dan samudra

Satu malam saya habiskan di pulau sempu, keesokan harinya setelah puas bermain air saya kembali bersih-bersih dan mengambil sampah di sekitar Laguna untuk dibawa pulang. Setelah packing dan berkemas, saya melanjutkan perjalanan untuk pulang dengan  memory ketentraman dan  keindahan Pulau Sempu yang tidak akan saya lupa. 

bermain air di laguna


bermain air di Segara anakan