Jika Amerika
punya Grand Canyon, Indonesia punya Green Canyon. Green Canyon yang bernama
asli Cukang Taneuh ini sebenarnya mempunyai arti jembatan tanah. Green Canyon ini terletak di Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang,
Ciamis, Jawa Barat. Dari Kota Ciamis sendiri berjarak sekitar 130 km atau jika
dari Pangandaran berjarak sekitar 31 km. Di dekat objek wisata ini terdapat
objek wisata Batukaras serta Lapangan Terbang Nusawiru.
Perjalanan saya dan sahabat saya Yeye dimulai dari backpacker
naik kereta api dari kota Surakarta dan berhenti di stasiun Cileunyi pukul 5
pagi. Saya istirahat sebentar di stasiun. Toiletnya bersih, air dan hawanya
dingin membuat saya betah menunggu jemputan disana. Pukul 7 pagi teman saya
dari Tasik datang dengan mobilnya dan kami langsung memulai perjalanan ke
arah Pangandaran. Kami mampir sarapan
bubur ayam yang memang bubur ayam di sekitar tasik dan garut ini paling enak
menurut saya. Bermodal googlemaps, kami sampai di pantai Pangandaran pukul 11
siang. Suasana pantai Pangandaran saat itu sangat ramai , akhirnya kami
memutuskan menyeberang ke Pulau pasir putih dengan perahu bertarif 150 ribuan
dengan jarak 10 menit. Disana lebih sepi dan bagus, dan kita bisa snorkling di
sekitar pantai.
Puas bermain di pantai, kami melanjutkan perjalanan ke tujuan
utama kami, yaitu Green Canyon yang mempunyai hujan abadi. Sebenarnya jarak
hanya 30 km, tapi karena kondisi jalanan yang sangat buruk, membuat perjalanan
menjadi lama. Hingga sampai disana sudah mulai gelap, kami pun menuju pantai batu
karas yang tak jauh dari Green Canyon. Disana ada beberapa watersport dan
banyak penginapan. Kami pun menginap disana dengan harga kamar variatif antari
250ribu- jutaan per malam.
Keesokan harinya kami langsung menuju Green Canyon yang diibuka dari jam 08.30-16.30. Dengan
perjalanan 30 menit. Setelah membeli tiket biaya masuk dan kapal yang saat itu
125 ribu dengan kapasitas 5 orang, kami pun siap menyusuri sungai menuju muara
sejauh 3km atau sekitar 30 menitan. Sungai yang kami lewati sangat cantik
berwarna hijau tosca dengan tebing-tebing yang menjulang tinggi. Dengan
dikepung pemandangan tebing dan rimbunnya pepohonan hijau, semakin menambahkan
pesona sajian alam yang kami nikmati. Ditambah lagi sinar matahari yang masuk
melalui celah-celah tebing, membuat kita semakin terpukau.
Begitu terlihat jeram dengan alur yang sempit yang tidak cukup
dilewati oleh perahu berarti sudah sampai di mulut Green Canyon. Di sinilah awal petualangan menjelajah
keindahan objek wisata ini dimulai. Melihat air yang jernih dan berwarna kebiru
biruan, kami langsuk masuk menceburkan diri sambil menikmati percikan hujan
abadi dari atas tebing. Hujan abadi tersebut sebenarnya adalah aliran air dari
atas tebing. Percikan airnya seperti hujan gerimis yang selalu ada meskipun
musim kemarau. Sambil berenang, sesekali kami merayap ke tepi batu dan kemudian melompat dari atas batu. Karena
kami hanya diberi waktu 30 menit oleh Bapak yang mengemudikan kapal, dengan
terpaksa kami naik lagi ke kapal dan kembali ke dermaga awal dengan menyusuri
rute yang sama.
Setelah mandi dan berkemas, kami melanjutkan perjalanan untuk
pulang. Kelelahan selama perjalanan panjang terbayar sudah dengan kenikmatan
hujan abadi yang disajikan Green Canyon. Saya pun melanjutkan perjalanan ke
Tasik lagi dan kembali pulang ke Solo dengan cerita dan pengalaman seru.