Wednesday 30 November 2011

ARTIKEL BUDAYA & PENDIDIKAN


 Paradigma Budaya Lokal dan Kualitas Pendidikan
by: agneshia christa

            Dewasa ini, kontribusi kebudayaan terhadap pendidikan di Indonesia dinilai sangat besar. Karena pada dasarnya, tidak ada proses pendidikan tanpa kebudayaan dan tanpa adanya masyarakat, dan begitu pula sebaliknya, untuk menjalankan perubahan kebudayaan, diperlukan pendidikan. Cara pandang, sikap, perilaku dan kebiasaan individu atau sub kultural kelompok memfungsikan dirinya sebagai penyedia tranmisi budaya dan memberikan kewenangan kepada masyarakat untuk berkembang secara baik. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam dunia pendidikan, faktor budaya menjadi faktor yang menentukan  tingkat keberhasilan dan kualitas.
            Faktor  budaya ini berkaitan dengan kultur masyarakat yang berupa paradigma atau persepsi / cara pandang, adat istiadat, dan kebiasaan. Jhon Locke, seorang ahli filsafat Inggris pada tahun 1632-1704 mengatakan bahwa anak lahir seperti kertas putih yang belum mendapat coretan sedikitpun. Akan dijadikan apa kertas itu terserah kepada yang menulisnya. Seluruh perkembangan hidupnya sejak lahir sampai dewasa semata-mata ditentukan oleh faktor luar atau faktor lingkungan, seperti lingkungan keluarga dan masyarakat.
            Menurut penelitian Firdaus (2005) menyebutkan bahwa rendahnya minat orang tua untuk melanjutkan pendidikan anaknya ke Sekolah Menengah Pertama disebabkan: Pertama, faktor sosial budaya sebesar 87,3%. Kedua, faktor kurangnya biaya pendidikan (ekonomi tidak mampu) diperoleh sebesar 86,0%. Ketiga, faktor kurangnya tingkat kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan (faktor orang tua) diperoleh sebesar 59,1%. Keempat, letak geografis sekolah sebesar 50,8%.
Menilik dari hal itu, dapat dikatakan bahwa budaya sendiri berpengaruh terhadap paradigma masyarakat ‘yang berpikiran sempit’ bahwa pendidikan formal tidak begitu penting. Imbasnya, banyak daerah – daerah di Indonesia terutama di desa-desa atau pelosok daerah yang masyarakatnya tidak mengecam bangku sekolah. Rendahnya minat masyarakat untuk mengenyam pendidikan formal ini sangat memprihatinkan. Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai solusi, antara lain sosialisasi, mencanangkan wajib belajar 9 tahun, pemberian beasiswa, dll , namun kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan dinilai masih kurang.
            Padahal seperti diketahui bahwa melalui pendidikan, kepribadian individu dapat diukur dari aspek afektif, kognitif dan psikomotorik. Pendidikan formal akan membentuk seseorang menjadi individu yang dapat bersaing di era globalisasi dengan bekal pengetahuan, ilmu, ketrampilan dan keahlian. Melalui pendidikan pula, masyarakat diharapkan dapat beralkuturasi, belajar nilai-nilai, konsep dan perilaku sebagai sebuah kebudayaan. Dengan pendidikan dan pengalaman intelektualnya tersebut diharapkan individu dapat memanfaatkannya sebagai sarana untuk memperbaiki kualitas hidup, khusunya tingkat ekonominya.   Untuk itu, pendidikan harus didasari oleh pemikiran bahwa setiap individu mempunyai bibit atau bakat potensial yang wajib dikembangkan.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa asumsi sebagian masyarakat tersebut tidak dapat disalahkan mentah-mentah karena pada realita’nya banyak juga lulusan sarjana yang menganggur. Meningkatnya jumlah pengangguran tiap tahun, sikap individualisme, materialistik yang sangat menganggap uang adalah segalanya, mentalitas jalan pintas untuk mempertahankan hidup, menjadi cerminan pola hidup yang tengah berkembang pada masyarakat sekarang.
Adapun penyebab hal tersebut adalah paradigma masyarakat yang menganggap bahwa uang adalah segalanya, mengakibatkan sebagian oknum melakukan berbagai cara demi mengejar kekuasaan dan kekayaan. Dan disisi lain,kita dihadapkan pada realita bahwa banyaknya orang yang berpendidikan yang menganggur. Hal ini semakin menimbulkan kesenjangan ekonomi yang tinggi dalam masyarakat. Dimana yang kaya semakin kaya, dan jumlah orang miskin semakin bertambah banyak.  Maka tak jarang jalan pintas pun banyak dilakukan. Imbasnya pun dirasakan oleh masyarakat sendiri dengan tidak berkembangnya negara, tidak ada peningkatan perekonomian, namun yang ada adalah bertambahnya tingkat kriminalitas, tingkat pengangguran dan jumlah masyarakat yang tidak mengenyam bangku sekolah. Hal ini sungguh mencerminkan kebobrokan mental masyarakat yang memprihatinkan.
Berikutnya permasalahan dalam budaya politik perlu diperbaiki. Dimana pemerintah selama ini cenderung terlihat terlena dengan permasalahan jangka pendek dan permasalahan politik yang muncul. Mengutamakan kepentingan sendiri atau kelompok sendiri dibanding kepentingan masyarakat luas dan negara. Pemerintah terkesan kurang mengedepankan rencana jangka panjang guna memajukan bangsa, salah satunya adalah pendidikan. Dimana pendidikan disini sangat penting dalam berkembangnya suatu negara.
Lepas dari hal itu, secara luas kita masih mempunyai nilai budaya yang baik untuk dikembangkan. Seperti norma-norma, estetika alam, solidaritas, nilai kegotongroyongan, semangat berjuang, serta persatuan bangsa walaupun terdiri dari berbagai perbedaan adat. Seperti diketahui bahwa pada jaman penjajahan dulu, pendidikan adalah sesuatu yang sangat diidam – idamkan. Dimana untuk mendapatkan pendidikan, kita harus berjuang keras. Kegotongroyongan dan semangat juang yang tinggi demi bangsa inilah yang patut kita gali lagi dan kembangkan. Semangat pantang menyerah ini jugalah yang wajibnya kita tiru dan lestarikan dalam kehidupan kita.
Warisan adat yang luar biasa, dimana kita punya beranekaragam kekayaan tari, lagu, pakaian dan karya seni yang lain yang mana sangat membanggakan’pun dapat kita kembangkan dan perkenalkan pada dunia luar. Dimana melalui saluran budaya tersebut, kita dapat turut memajukan bangsa.
Intinya, budaya sangat membawa peran penting dalam pendidikan di Indonesia. Dan faktor penentu kualitas pendidikan bukan hanya dari kualitas buku, bangunan sekolah ataupun guru, melainkan juga dari budaya. Dimana budaya yang ada pada masyarakat, adat istiadat dan kebiasaan, serta paradigma masyarakat sangat mempengaruhi minat pendidikan dan pola hidup dalam konteks sosial pendidikan. Orientasi nilai-nilai budaya tersebut ada yang menghambat pendidikan. Namun adapula nilai-nilai budaya yang mendorong dan bermanfaat bagi pendidikan. Adapun kita sebagai masyarakat harus sadar betul mana orientasi nilai kebudayaan yang memberi dampak positif bagi pendidikan yang dapat dilaksanakan guna memajukan bangsa dan negara.
 Disinilah peran pemerintah sendiri sangat diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan ini. Pemerintah diharapkan lebih serius terhadap perencanaan jangka panjang yang berkaitan dengan pendidikan. Dalam konteks ini, kebudayaan nasional yang perlu disinggung dalam penerapannya di kehidupan masyarakat. Pemerintah perlu memperjelas mana nilai-nilai dan orientasi budaya kita sendiri yang dapat dimanfaatkan dalam pendidikan. Karena ada budaya yang perlu dikembangkan, dan adapula yang perlu ditinggalkan.

3 comments:

  1. Bagaimana bila kami sarankan boss ku mengganti nama User ID nya dengan nama User ID yang baru boss ku karena barangkali saja bisa membawa kemenangan dari nama user ID yang baru tersebut boss ku ^^.
    Bagaimana boss ku ?
    Apakah boss ku ingin mencoba nya boss :)

    ReplyDelete