Tuesday 24 January 2012

Kota dalam Kebun di Tangan JOKOWI





Insinyur Universitas Gajah Mada ini memang forester sejati. Kecintaannya pada hutan dan kayu membawanya keliling dunia untuk memasarkan mebel. Sebagai seorang walikota yang berprofesi awal sebagai pembisnis mebel ini, beliau berusaha menerapkan “LINGKUNGAN HIDUP DAN KEBUDAYAAN HIDUP BERDAMPINGAN.” Lelaki kelahiran Solo, 21 Juni 1961 itu ingin mengembalikan kota ini ke jati dirinya sebagai kawasan tradisi yang sejuk. ”Grand design tata ruang Solo adalah eco-cultural city






Taukah anda berapa jumlah mall di Solo????
Dua!! Hanya dua! Ya, hanya dua! Hanya dua mall untuk area yang cukup luas
Taukah anda berapa lahan kota yang dijadikan “hijau” dan  “lapang” ??
Silahkan datang sendiri ke Solo dan nikmati “spirit”nya
Taman-taman kota telah direvitalisasi. Kawasan bantaran sungai ia sulap menjadi Green Belt atau Sabuk Hijau. Dimulai dengan merintis hijauan di sepanjang jalur Citywalk, kini Jokowi mengembangkan jalur pedestrian di penjuru lain kota ini.”Taman Sekartaji seluas total 38 hektare di sepanjang Kali Anyar kini tak hanya menjadi peneduh, tapi juga area yang indah dan paru-paru kota,” jelasnya. Taman Balekambang, yang tiga tahun lalu masih kumuh oleh permukiman liar dan kesenian rakyat Wayang Tobong, kini bukan hanya paru-paru kota dan catchment area atau daerah tangkapan air, tapi juga kawasan wisata.
”Dalam lima tahun ke depan, Solo akan menjadi Kota Dalam Kebun. Setiap ruang publik terbuka yang belum ada hijauannya, kita tanami tanpa kecuali. Pagar-pagar dinding dan besi dirobohkan, diganti pagar hidup, atau ditanami rambatan.”

Tidak salah Wakil Presiden Boediono telah mencanangkan Solo sebagai the Indonesian City of Charm dalam the 7th China-ASEAN Expo, di Nanning, Guangxi, Cina, Oktober 2010. Untuk meneguhkan ikon tersebut, Jokowi bercita-cita mewujudkan desain tata kota lima tahunan pada periode kedua kepemimpinannya. ”Dalam lima tahun ke depan, Solo akan menjadi Kota Dalam Kebun. Setiap ruang publik terbuka yang belum ada hijauannya, kita tanami tanpa kecuali. Pagar-pagar dinding dan besi dirobohkan, diganti pagar hidup, atau ditanami rambatan.” Dia berharap, 30-35 persen wilayah kota akan menjadi kebun dan pada 15 tahun ke depan bahkan akan menjadi hutan. ”Ya, karena dalam jangka panjang, desain tata kota ini adalah Kota Dalam Hutan. Isu pemanasan global, climate change, dan green city telah menjadi perbincangan dunia – dan Solo tak mau ketinggalan untuk mengambil peranan positif,” kata Jokowi. ”



sumber:rollingstone

No comments:

Post a Comment