Wednesday 12 October 2011

CERPEN "the party is over"


The  Party Is Over


                “ Ayolah Di ikutan…. Seru tauk…”
Dina Cuma menggeleng dan tersenyum menanggapi ajakan  sahabatnya yang menggebu – gebu itu.
Ara tak kehabisan akal. Masih saja dia merayu sahabatnya yang memang pendiam dan jarang bergaul itu.
“ Sekali aja di… gue jagain loe.. ga macem – macem kok disana . Lagian rame – rame sama anak – anak.. yah??? Ikut yah???” mata Ara menandakan penuh harap.
“Enggak ah Ra,,, ga pernah gituan.” Ujar Dina dengan polosnya.
“Haiyah,,, jarang – jarang ada event yang bisa didatengin bareng – bareng nih! Mumpung anak – anak lagi pada semangat….. c’mon girls…”
Obrolan mereka terhenti karena bel masuk kelas berbunyi. Mereka pun masuk kelas masing – masing. 
Di kelas Ara langsung lapor sama Doni teman sebangkunya.
“ gue ga berhasil ngajakin Dina.. sory Don..”
Dony terlihat kecewa. Padahal dia sangat berharap Dina bisa dateng di Rave Party yang dibikin abangnya, DJ ibukota yang terkenal.
“Padahal gue dah bujukan abang buat bikin Rave Party bulan ini.”
Ara terlihat menyesal dan kecewa. Dia tahu Dony udah bujukin abangnya gara – gara nurutin anak – anak. Dan dia juga tau kalo Dony yang 2 tahun ini memendam rasa sama Dina sahabatnya, pengen jadiin party itu sebagai ajang pedekate. Aneh juga sih, 3 tahun sekolah di tempat yang sama, tapi ga pernah pedekate. Tapi begitulah Dony, cowok clubbers yang sebenarnya hatinya lembut banget kalo masalah cewek. Walaupun sering jalan sama cewek yang ‘arrrrw’ tapi dalam hati, dia cintanya sama Dina, cewek manis sederhana yang pendiam dan malu – malu itu.
“ Tar gue bujukin lagi Don.. tenang aja…” ujar Ara sembari menepuk punggung cowok di bangku sebelahnya itu.
Dony tersenyum penuh harap. Dia berharap banget bisa deket sama Dina. Walaupun dia tau pasti bakalan salah tingkah dan diam kalo udah ada di deket Dina. Entah larinya kemana jurus nggombalnya yang selalu musnah hanya jika berada di deket Dina.
Sepulang sekolah Ara jemput Dina di depan kelasnya. Mereka emang biasa pulang bareng. Di perjalanan pulang, Ara ga henti – hentinya membujuk Dina. Seribu alas an dan rayuan dia keluarkan.
“ Ayolah Di. No drink, no drug, apalah terserah.. ok… yah… whatever pokoknya malam minggu loe gue jemput sama anak – anak. Casual aja. Ok..”
Dina yang mungkin risih sama ajakan Ara yang dilontarkannya tiap ketemu sejak 3 hari yang lalu itu akhirnya meng’iyakan. Walau dengan berat hati. Karena Dina emang ga suka sama hoby wajib para sosialista itu. Walaupun dia satu genk sama anak – anak yang hoby berdansa dengan music up tempo, tapi dia ga terpengaruh buat ikutan suka.
Malam minggu tiba. Jemputan udah dateng. CR-V hitam udah terparkir di depan rumah Dina. Dengan langkah berat Dina keluar rumah dan masuk ke mobil. Di dalam udah ada Ara sama temen – temennya yang lain, dan tentunya Dony.
“ yeeee akhirnya nona manis ikutan. Hahahah” ujar Clara sembari setengah teriak.
“ Apa’an sich Clar…” Dina mencubit pinggang cewek tinggi di sampingnya itu. Clara Cuma ngakak aja. Alkhohol sudah mempengaruhi kesadarannya, jadi sepanjang perjalanan ke pantai tepi ibukota itu dia habiskan dengan ngomong ga jelas sama ketawa sendiri.
Dony yang lagi nyetir ga bisa menyembunyikan salah tingkahnya karena ada Dina. Ara yang duduk di samping kemudi juga ga henti – hentinya godain Dony yang salah tingkah itu.
“ Perasaan tadi loe cerewet banget pas Dina belum ada. Kok sekarang Cuma diemmm seribu bahasa, senyam senyum doank Don??”  yang lain ikut menimpali . Dony Cuma diam dengan pipinya yang memerah. Dan Dina cuma senyum menganggap ucapan Ara hanya guyonan. Dina ga pernah mengira Dony ada rasa sama dia. Karena selama ini emank Dony ga pernah deketin atau nunjukin sikap yang menandakan dia ada rasa sama Dina. Padahal malam – malam Dony sering galau gara – gara Dina.
Tepat pukul 11 mereka udah nyampe. Anak – anak langsung membaur di ribuan orang yang udah memenuhi area pantai. Tempat terbuka, DJ keren, sama waktu yang tepat, bikin acara kali ini sukses ramai banget. Mereka  tengah berdansa di bawah langit yang cerah malam itu.
“ Don, loe jangan minum malam ini. Jagain tuan putrid ya. Gue nyusul anak – anak turun ya. Have fun boy!!!!” teriak Ara karena bising banget tempat itu.
“ Oke…” Dony meng iyakan, sembari ngajak Dina sedikit menyingkir karena dia tahu Dina ga nyaman sama tempat dan suasana saat itu. Dina lega karena Dony dengan pengertiannya mau ngajakin ‘menepi.”
“Kesana aja mau? Cari minum..” ujar Dony sambil menunjuk ke kedai unik tepi pantai yang jaraknya lumayan jauh dari tempat mereka berdiri.
“ iya ga papa.. kesana aja…” wajah Dina sedikit berseri. Dia benar – benar merasa asing di tempat itu.
Mereka pun berjalan beriringan. Dony menggandeng tangan Dina saat mereka hendak menerobos lautan manusia yang terpengaruh alkhohol. Seperti sangat menjaga Dina, Dony berjalan di depannya mencarikan jalan sembari tangannya masih erat menggenggam Dina. Entah mengapa jantung Dina tiba – tiba berdetak sangat kencang. Dia merasakan ada sesuatu aneh dalam dirinya. Dia merasa senang dan nyaman dengan perlakuan Dony yang terlihat sangat menjaganya.
Setelah melewati lautan manusia, mereka berjalan berdua ke arah yang sepi. Tangan Dony masih menggenggam erat Dina. Jantung Dina masih berdetak sangat kencang. Baru kali ini dia merasakan seperti ini. Dia sendiri heran kenapa bisa merasakannya. Dony terlihat salah tingkah ketika tersadar tangannya masih menggenggam gadis mungil itu.
“ Eh sory, hhhehe” ujarnya sembari melepaskan perlahan tangannya.
Dina tersipu malu. Dia juga jadi terlihat salah tingkah. Sepanjang berjalan mereka sama – sama diam. Bahkan menatap saja sama – sama malu dan tak berani. Sama persis seperti anak yang baru puber yang masih malu – malu ketika bertemu orang yang disuka.  Sesampainya di sebuah kedai yang sepi itu, mereka baru berbicara.
“ Dina mau duduk dimana?” ujar Dony pada cewek manis itu.
Dina melihat sekeliling. “ gimana kamo beli soft drink aja, trus duduk aja di sana…. Dina kurang nyaman di sini, tempatnya terlalu romantic. hhhehe” Ujarnya sembari menunjuk kea rah pantai yang penuh rentetan pohon kelapa.
“ loh disana ga ada meja kursi Dina…”
“ Ga papa.. duduk aja di pasir.”
“ Hmmmmm , asyik juga..ok..” setelah membayar 2 softdrink, Dony kembali pada Dina yang menunggu di luar.
  Yuk… “ Ujar Dony sembari menggenggam kembali tangan Dina. Mereka berdua tersipu. Jantung Dina kembali berdetak lebih cepat. Entah mengapa dia jadi merasa aneh seperti ini
“ kenapa aku jadi seperti ini??? Apa mungkin aku suka sama Dony???” ujar Dina dalam hati.
“ Duduk sini aja yah…” Dony melepaskan tangannya dan melipatkan kakinya di atas pasir. Mereka berdua duduk brdampingan menghadap laut. Suasana sepi, hanya terdengar suara ombak laut. Malam itupun hanya diterangi bulan yang bersinar terang. Sisi lain di Utara mereka, teman – temannya tengah hanyut dalam dance music bersama lautan manusia penggila party.
Mereka berdua hanyut dalam obrolan panjang. Dina tak menyangka, teman yang selama ini dia anggap playboy, ternyata punya sisi yang berbeda. Dony terlihat dewasa dan sangat lembut. Walaupun dia jarang absen di party dan club2, tapi nyatanya dia punya sisi lain yang berbeda. Dia sangat terlihat malu – malu dan grogi berhadapan dengan Dina. Dan satu hal yang membuat Dina terpesona. Dia sangat menjaganya dan memperlakukan Dina dengan sangat sopan.
Ditatapnya cowok samping di sebelahnya itu. “ Hmmm Dony cakep banget ternyata. Wajah Indo sama badannya yang tinggi… gimana ga bikin deg – deg’an… dan gitu ternyata dia cowok baik – baik…” ujar Dina dalam hati. Cukup lama dia memperhatikan wajah tampan Dony dari samping. Selama itu pula jantungnya terus berdetak lebih cepat.
Tak terasa  2 jam lebih mereka ngobrol. Dony sangat menyenangkan. Banyak sekali hal yang mereka perbincangkan. Dina sendiri merasa sangat nyaman dengannya. Dan mungkin dia juga mulai merasa “suka” sejak pada gandengan tangan pertama. Hhhehe
Tiba – tiba Dony gugup. Dalam hatinya dilema. Lebih dari 2 tahun dia memendam rasa. Dan sekarang kesempatan mereka tengah dekat. Namun bagi Dina amat sangat terlalu cepat jika Dony mengungkapkan perasaannya sekarang. Karena selama ini Dony belum pernah pedekate. Tapi etrsiksa sekali rasanya ketika memendam perasaan. Apalagi Dony tau Dina didekati cowok lain, dan itu yang membuatnya galau tiap malam. Dony ga rela Dina jadi milik cowok lain.
Pikiran Dony kemana – mana. Memikirkan   antara perasaan cinta’nya dan kesempatan yang ada di depan mata.
“ ayolah Don,, sekarang atau tidak sama sekali.. tinggal ngomong doank… Just as simple as that !” dalam hati Dony berusaha meyakinkan dirinya.
Setelah meyakinkan hatinya, akhirnya Dony memutuskan untuk bilang…
“ Dina, hmmmmm… gue mau ngomong tapi loe ga usah jawab atau mikirin yah… “ dony mengusap usap rambutnya sendiri. Terlihat jelas dia sangat malu dan salah tingkah. Dina sendiri tak berani menatap cowok di sebelahnya itu.
“ Gue nganggep Dina itu special dan beda sama yang lain. Hmmmm tapi… hmmmmm… gimana yah.. pokoknya Dina itu beda. Dan mungkin terlalu cepet kalo ngomong lebih sekarang. Makanya Cuma pengen Dina tau kalo 2 tahun ini gue ganggep dia special. Gue Cuma pengen Dina tau aja itu.. ga minta jawaban.. Let it Flow aja.. hhhhe” Dony menarik nafas panjang dan tersenyum seusai berujar. Wajah lega menghiasinya.
Dina sendiri kaget mendengarnya. Dia tak tahu harus bicara apa. Tapi jujur entah mengapa dia senang mendengarnya.
“Iya Let it Flow aja ya…” Dina berpaling menatap Dony dengan senyum manis di wajahnya.
Dony tak bisa menyembunyikan perasaan senangnya. Sinyal baik diterima, awal yang sangat baik pikirnya. wajahnya yang memerah langsung berseri. Senyum lebar menghiasi wajahnya. Dina sendiri tak menyangka rasa suka itu dating begitu cepat. Dan mungkin memang benar ungkapan bahwa untuk jatuh cinta hanya dibutuhkan waktu 7 detik saja!!!
“ itu dah pada mau bubar. Kita balik sama anak – anak yuk.” Ajak Dony diiringi anggukan Dina. Sepanjang berjalan menyusuri pantai, senyum manismenghiasi wajah keduanya. Masih sama – sama tersipu malu. Dan begitulah, pesta telah berakhir, namun cinta itu baru akan dimulai.

1 comment: