Friday 21 October 2011

KETIKA SAYA BELAJAR MEDITASI PADA I GEDE PRAMA



Rumah Intelektual, Lentera – Lentera Meditasi

Pintu depan :
            Selamat datang di rumah intelektual yang ke-17. Sebuah rumah kejernihan. Mudah – mudahan bisa memberi kontribusi pada semua. Sekali lagi semua. Semoga semuanya berbahagia dalam kejernihan.
1.      Meditasi yang bisa diucapkan bukan meditasi. Kata-kata seperti telunjuk yang menunjuk bulan. Hanya dengan berjalan manusia bias sampai ke bulan, bukan dengan melihat  terus menerus telunjuknya.
2.      Ada yang menyebutkan, mengerti dulu melalui kata-kata baru pergi. Ada yang sebaliknya, pergi dulu kemudian bias mengerti dengan sendirinya.
3.      Meditasi seperti memakan buah pisang. Mengerti rasa pisang melalui kata-kata yang amat terbatas. Manis! Seperti gula? Bukan! Manis seperti gula, lembek seperti mentega! Jadi gula dicampur mentega? Tentu saja bukan!
4.      Kalau rasa pisng saja gagal dijelaskan oleh kata –kat, apalagi meditasi. Seperti mau mengerti rasa pisang, makan saja pisangnyam kemudian dapatkan pemahaman diluar kata-kata.
5.      Dalam penyederhanaan yang membawa kedalaman, ada yang mengemukakan: makan ketika lapar, minum tatkala haus, tidur manakala mengantuk. Itulah meditasi.
6.      Dengan kata lain menjalani semuanya secara mengalir penuh dengan kesadaran membuat manusia masuk dalam rumah meditasinya
7.      Mengalir penuh kesadaran ini bias mudah, bias juga susah. Mudah bagi orang-orang yang mudah menggali dalam-dalam, badan dan pikirannya. Susah, bagi yorang-orang yang masih diperkuda badan dan pikiran.

No comments:

Post a Comment